Abstrak
Bahasa Arab merupakan bahasa
asing yang telah diajarkan dilembaga-lembaga pendidikan baik secara formal maupun
non formal. Adapun orientasi dari pembelajan bahasa Arab itu bervariasi. Dalam
pembelajaran bahasa arab ada tiga tiga teori keilmuan yang mendasarinya, yaitu
ilmu jiwa (psikologi), ilmu bahasa (linguistik), dan ilmu pendidikan
(pedagogi). Dalam pembahasan kali ini, penulis menfokuskan pada behaviorisme
dari teori psikologi dan strukturalisme dari linguistic yang memberikan
kontribusi terhadap pembelajaran bahasa Arab. Diantara unsur-unsur pembelajaran
bahasa Arab adalah metode yaitu untuk penyampaian materi secara prosedural. Dan
salah satu metode tersebut adalah metode sam’iyah-syafawiyah atau
audio-lingual. Munculnya metode ini dilatarbelakangi oleh behaviorisme dan
strukturalisme yang memberikan
kontribusi pandangannya terhadap pembelajaran bahasa Arab. Dasar-dasar itu
adalah bahwa bahasa adalah ujaran, bukan tulisan, bahasa terbentuk dari
kebiasaan-kebiasaan, yang harus dipelajari adalah bahasa, bukan tentang bahasa,
bahasa bukan dibicarakan tetapi harus digunakan dan semua bahasa di dunia
memiliki perbedaan, serta urutan keterampilan berbahasa yang harus diajarkan
yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Kata Kunci : Behaviorisme,
Strukturalisme, Metode sam’iyah syafawiyah,
Pendahuluan
Bahasa Arab sebagai bahasa
asing, telah diajarkan di berbagai lembaga pendidikan baik itu secara formal maupun
non formal, seperti Sekolah, Kampus, Pondok Pesantren, dan lain-lain.
Pembelajaran bahasa Arab itu memiliki beberapa orientasi yang bervariasi,
seperti orientasi religi, orientasi akademis, orientasi professional dan
pragmatis serta orientasi ideologis dan ekonomis.
Terkait
dengan pembelajaran Bahasa, Khususnya bahasa Arab, ada beberapa dasar-dasar
teoritis yang mendasarinya, yaitu Teori-teori ilmu jiwa (psikologi),
teori-teori ilmu bahasa (linguistik), dan teori-teori pendidikan (pedagogi). Ketiga
teori ini memberikan kontribusi yang besar terhadap pembelajaran bahasa arab
dalam hal penentuan tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, bahan ajar,
evaluasi pembelajaran dan lain-lain.
Metode
pembelajaran bahasa Arab yang berhubungan erat dengan langkah-langkah
penyampaian materi secara prosedural sesuai dengan pendekatan yang digunakan , tidak
bisa terlepas dari kontribusi tiga landasan teori yang telah disebutkan,
diantara dua landasan itu adalah psikologi dan linguistik, yang menjadi fokus
dalam tulisan ini.
Diantara
teori ilmu jiwa (Psikologi) yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan
metode pembelajaran bahasa Arab adalah teori behaviorisme yang digagas oleh
Pavlov, teori Nativisme yang ikuti oleh Chomsky, dan teori-teori yang lain.
Adapun teori ilmu bahasa (linguistik) yang juga memberikan kontribusi terhadap
perkembangan metode pembelajaran bahasa Arab adalah teori struktural yang
dipelopori oleh Ferdinand de Saussure, teori Generatif-Transformatif yang tokoh
utamanya adalah Chomsky.
Dari
uraian di atas, maka penulis dalam tulisan ini akan membahas tentang salah satu
teori psikologi dan linguistik yang mempengaruhi munculnya metode sam’iyah-syafawiyah
atau metode audio-lingual dalam pembelajaran bahasa Arab, adapun teori
psikologi yang mengusungnya adalah teori behaviorisme, sedangkan teori linguistik
adalah teori struktural.
Pengertian dan Sejarah Munculnya Teori
Behaviorisme Dan Strukturalisme
Behaviorisme dalam pemerolehan
dan pembelajaran bahasa menurut Jorj Ghazda dan Raimon Kursini dalam (Jailani
Musni, 2009:8) merupakan salah satu hasil penerapan teori behaviorisme dalam
ilmu jiwa terhadap peilaku verbal
manusia. Begitu juga menurut Fahir Aqil dalam buku yang sama menyatakan,
teori behaviorisme atau yang sering disebut oleh sebagian pakar sebagai associationism
theory, merupakan salah satu teori yang lahir pada akhir abad Sembilan
belas, dan awal abad dua puluh Masehi.
Terkait
dengan latar belakang adanya teori behaviorisme, dijelaskan dalam (Jailani
Musni, 2009:8), Teori ini di mulai oleh langkah Pavlov (1849-1936 M) mengamati
air liur anjing yang keluar ketika diberi makanan . Pemberian makanan ini
dilakukan berkali-kali. Kemudian Pavlov berkesimpulan bahwa makanan merupakan stimulus
(rangsangan) bagi anjing, yang diikuti secara spontan oleh respon. Respon itu
berupa air liur yang keluar ketika anjing melihat makanan. Ketika anjing itu
melihat pembantu datang lagi, padahal ia tidak membawa makanan, air liurnya
tetap keluar. Itu artinya, anjing itu menyamakan kedatangan pembantu dengan keberadaan
makanan. Dengan kata lain, anjing “memahami” bahwa pembantu datang berarti
makanan pun muncul.
Begitu
juga dijelaskan oleh Khair Arqusi dalam (Jailani Musni, 2009:8), dalam
eksperimennya itu, Pavlov menyertakan sebuah lampu yang dinyalakan lampu, dan
membunyikan lonceng. Tindakan itu, pada mulanya diikuti oleh pemberian makanan,
dan pada waktu berikutnya tidak diikuti pemberian makanan. Pavlov melakukan
tindakan itu untuk mengetahui dengan jelas tentang respon yang akan muncul.
Ternyata, kedatangan pembantu, nyala lampu, dan bunyi lonceng, sesungguhnya,
telah menjadi stimulus yang menjadi pengondisian (pembiasaan) bagi anjing itu.
Pengondisian inilah yang mempengaruhi sikap-perilaku anjing dengan hanya
mengikut-sertakannya.
Hasil
eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov itu menelurkan beberapa teori cabang
behaviorisme. Dan telah diekperimenkan dengan manusia sebagai objeknya dalam
pemerolehan dan pembelajaran bahasa baik pertama atau kedua, diantara yang
mengembangkannya adalah J.B Watson.
Adapun
teori struktural yang merupakan terori dari ilmu bahasa (linguistik), menurut
Abdul Al-Rajihi dalam (Jailani Musni, 2009:8) teorisme lahir pada akhir abad
Sembilan belas Masehi, dan awal abad dua puluh Masehi. Aliran ini didirikan
oleh seorang linguis Swiss, yaitu Ferdinand de Saussure (1857-1913). Ia
menjelaskan teorinya ini dalam kuliah yang ia sampaikan kepada para
mahasiswanya. Seninggalnya pada 1916 M, murid-muridnya menyebarkan teori atau
aliran analisis structural ini.
Teori
struktural ini membahas bahasa sebagai bahasa. Ia mempelajarinya sebagaimana
adanya, dan mempelajarinya pada apa yang tampak. Seorang peneliti tidak boleh
mengubah karakteristik bahasa, sebagaimana ia tidak boleh mengubah
karakteristik suatu ilmu. Karena itu, ia tidak boleh membatasi bahasannya pada
satu aspek bahasa saja karena menganggapnya baik. (Jailani Musni, 2009:8)
Tokoh-tokoh Behaviorisme serta Pandanganya
Terhadap Pembelajaran Bahasa
Ada banyak tokoh yang
mendukung teori behaviorisme dan mengeluarkan pendapatnya terkait dengan teori
behaviorisme ini. Diantaranya adalah Pavlov, adapun teorinya yang ditelurkan
dinamakan dengan teori pembiasaan klasik yang bermula dari ekperimen anjing
sebagaimana dijelakan di atas. Menurut teori ini kemampuan seseorang untuk
membentuk respon-respon yang yang dibiasakan berhubungan erat dengan sistem
yang digunakan. Teori ini percaya adanya perbedaan-perbedaan yang dibawa sejak
lahir dalam kemampuan belajar. RD dapat diperkuat dengan ulangan-ulangan
teratur dan intensif. Pavlov tidak tertarik dengan “pengertian” dan “pemahaman”
atau apa yang disebut insight (kecepatan melihat hubungan-hubungan di dalam
pikiran). (Abdul Chaer, 2009:85)
Selanjutnya
adalah J.B Watson (1878-1958) seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika. Dalam
(Abdul Chaer, 2009:85) menurut behaviorisme yang dianut oleh Watson, tujuan utama
psikologi adalah membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku, dan
sedikit pun tidak ada kaitannya dengan kesadaran. Yang adapat dikaji oleh
psikologi menurut teori ini adalah benda-benda atau hal-hal yang dapat diamati
secara langsung, yaitu rangsangan (stimulus) dan gerak balas (respon),
sedangkan hal-hal yang terjadi dalam otak tidak berkaitan dengan kajian. Maka
dalam proses pembelajaran, menurut Watson, tidak ada perbedaan antara manusia
dan hewan.
Tokoh
selanjutnya adalah skinner, dalam bukunya Verbal Behavior dalam (Mamlu’atul
Hasanah, 2010:68) ia menyatakan bahwa bahasa adalah perilaku verbal. Ia juga
mengatakan bahwa berbahasa haruslah ditanggapi sebagai satu respon operan
berkondisi terhadap stimulus tersembunyi baik yang internal atau eksternal. Hal
ini dapat dijelaskan bahawa semua pengetahuan bahasa yang dimiliki oleh manusia
yang tampak dalam perilaku berbahasa merupakan hasil integrasi dari peristiwa
linguistik yang dialami dan diamati oleh manusia. Karena itulah kemudian teori
ini dikenal dengan istilah teori pembelajaran bahasa pengkondisian operan.
Dalam bentuk teori ini dinyatakan bahwa perilaku berbahasa seseorang dibentuk
oleh serentetan peristiwa beragam yang muncul dari sekitar orang itu.
Ada juga seorang tokoh behaviorisme
berkebangsaan Amerika yang memulai dengan sebuah eksperimen yang disebut dengan
trial and error. Ia adalah Edward L.Thorndike, teori pembelajarannya
disebut dengan connectionism atau S-R bond theory (teori gabungan
stimulus-respon). Dalam (Abdul Chaer, 2009:87), disebutkan bahwa teori ini pada
dasarnya menyarankan tiga prinsip yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Jika suatu organisme bersedia melakukan suatu tindakan, maka
menyelesaikan suatu perbuatan itu akan menimbulkan kepuasan hati.
2. Jika suatu urutan rangsangan (stimulus) – gerak balas (respon) diikuti
oleh satu keadaan yang memuaskan hati, maka hubungan S-R dapat diperkuat ,
sementara pengganggu akan menghentikan pengulangan hubungan itu.
3. Hubungan-hubungan S-R dapat diperkuat melalui latihan-latihan.
Sebenarnya
masih banyak lagi tokoh-tokoh behaviorisme yang mewarnai teori ini dengan
pemikiran-pemikirannya yang pada nantinya akan memberikan kontribusi dalam
perkembangan metode pembelajaran bahasa Arab, yang akan dijelaskan nanti.
Tokoh-tokoh Strukturalisme serta Pandanganya
Terhadap Pembelajaran Bahasa
Sebagaimana dijelaskan diatas
bahwa aliran struktural ini dipelopori oleh seorang linguis Swiss, yaitu
Ferdinand de Saussure. Menurut Ferdinand de Saussure, dalam (Abdul Chaer, 2009:67)
linguistik murni itu menkaji langue bukan parole atau langage,
karena alasan sebagaimana berikut:
1. Langue bersifat social sedangkan parole bersifat
individual. Sifat keduanya saling bertentangan. Langue berada di dalam
otak. Belajar Langue bersifat social dalam pengertian sinkronik,
sedangkan parole bersifat idiosinkronik karena ditentukan oleh
perseorangan.
2. Langue itu bersifat abstrak dan tersembunyi di dalam otak
sedangkan parole bergantung pada kemauan penutur dan bersifat
intelektual.
3. Langue adalah pasif sedangkan parole adalah aktif.
Kemudian
ada tokoh Strukturalisme (linguistik) selanjutnya yaitu Bloomfield, yang
mengembangkan teori dari Ferdinand de Saussure. dalam bukunya “Language” dalam
(Mamlu’atul Hasanah, 2010:68), ia menerapkan pokok-pokok pikiran behaviorisme
dalam analisi bahasa sebagai berikut:
1. Bahasa adalah bentuk dari tingkah laku fisik
2. Orang harus membedakan antara sesuatu yang mendahului bahasa, bahasa dan
peristiwa yang mengikuti bahasa.
3. S r s R
r :
merupakan respon pengganti
s :
merupakan stimulus pengganti
4. Bloomfield lebih menekankan
proses mekanisme bahasa bukan proses mentalisme.
Ada beberapa teori yang berkenaan
dengan aliran ini tentang bahasa, dapat disebutkan antara lain:
1.
Bahasa pertama-tama adalah
bahasa lisan atau bahasa ujaran.
2.
Kemampuan bahasa diperoleh
melalui kebiasaan yang ditunjang dengan latihan dan penguatan.
3.
Setiap bahasa memiliki
sistemnya sendiri-sendiri yang berbeda dengan bahasa lainnya, oleh karena itu,
menganalisis suatu bahasa tidak bisa menggunakan kerangka yang digunakan untuk
menganalisis bahasa lainnya.
4.
Setiap bahasa memiliki sistem
yang utuh dan cukup untuk mengekspresikan maksud dan ide dari penuturnya, oleh
karena itu, tidak ada suatu bahasa yang unggul atas bahasa yang lainnya.
5.
Semua bahasa yang hidup
berkembang mengikuti perubahan zaman terutama karena terjadinya kontak dengan
bahasa lain, oleh karena itu kaidah-kaidah pun bisa mengalami perubahan.
6.
Sumber pertama dan utama
kebakuan bahasa adalah penutur bahasa tersebut, bukan lembaga ilmiah, pusat
bahasa, atau madzab-madzab gramatika. (Ahmad Fuad Effendy, 2004:13)
Munculnya Metode Sam’iyah-Syafawiyah
(Audio-Lingual)
Metode sam’iyah-syafawiyah
atau metode audio lingual ini sebagai respon bagi dua hal penting pada
tahun 50-an dan 60-an, yaitu: 1) studi bahasa yang dilakukan oleh ahli jiwa dan
ahli bahasa terhadap bahasa-bahasa lisan Hindia di wilayah Amerika Serikat, 2)
perkembangan sarana komunikasi antara mereka dan adanya kebutuhan mempelajari
bahasa asing tidak hanya digunakan untuk membaca tetapi untuk komunikasi
langsung antar mereka. Pandangan inilah yang melahirkan metode baru dalam
pembelajaran asing yang kemudian dinamakan dengan metode sam’iyah-syafawiyah
atau metode audio lingual. (Abdul Hamid, dkk, 2008:26-27).
Maka dapat disimpulkan bahwa teori
struktural dan behaviorisme telah menjadi dasar bagi metode sam’iyah-syafawiyah
atau metode audio lingual dalam pembelajaran bahasa arab. Menurut
Al-Naqoh dan Badri dalam (Acep Hermawan, 2011:186) bahwa dasar itu adalah bahwa
bahasa adalah ujaran, bukan tulisan, bahasa terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan,
yang harus dipelajari adalah bahasa, bukan tentang bahasa, bahasa bukan
dibicarakan tetapi harus digunakan dan semua bahasa di dunia memiliki perbedan.
Selain itu Al-Khuli dalam (Acep Hermawan, 2011:186) menambahkan dasar lain
dengan adanya urutan keterampilan berbahasa yang harus diajarkan yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Ciri-ciri Penggunaan Metode Sam’iyah-Syafawiyah
(Audio-Lingual)
Dalam (Abdul Hamid, dkk, 2008:
27) dijelaskan sekilas tentang ciri-ciri penggunaan metode sam’iyah-syafawiyah
atau metode audio-lingual adalah sebagaimana berikut:
1. Metode ini berangkat dari gambaran bahwa bahasa adalah seperangkat
symbol-simbol suara yang yang dikenal oleh anggota masyarakat untuk mengadakan
komunikasi diantara mereka. Maka tujuan pokok pengajaran bahasa arab adalah
memberi bekal kemampuan bagi selain penutur Arab agar mampu berkomunikasi aktif
dengan penutur Arab dengan berbagai keterampilan dan dalam berbagai situasi.
2. Guru dalam mengajarkan bahasa mengikuti urutan asli pemerolehan bahasa
pertama yaitu dari keterampilan mendengar dulu kemudian menirukan bicara
orang-orang sekitar dan mengucapkan kata-kata, membaca dan terakhir menulisnya.
3. Metode ini didasarkan pada pandangan antropologi kebudayaan bahwasannya
budaya bukanlah sekedar bentuk seni atau sastra akan tetapi budaya merupakan
gaya hidup yang melingkupi kehidupan suatu kelompok yang berbicara dengan
bahasa mereka. Oleh sebab itu mengajarkan bentuk-bentuk budaya Arab adalah hal
yang lazim di tengah-tengah pengajaran bahasa.
Aplikasi Metode Sam’iyah-Syafawiyah)
dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Adapun aplikasi metode sam’iyah-syafawiyah
atau metode audio- lingual dalam pembelajaran bahasa Arab sebagaimana
dalam (Acep Hermawan, 2011:188-189) yaitu:
1.
pelajar harus menyimak,
kemudian berbicara, lalu membaca, dan akhirnya menulis.
2.
Tata bahasa harus disajikan
dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topik situasi-situasi
sehari-hari.
3.
Latihan (drill /
al-tadribat) harus mengikuti
operant-conditioning. Dalam hal ini hadiah adalah baik diberikan.
4.
Semua unsur tata bahasa harus
disajikan dari yang mudah kepada yang sukar atau bertahap (graded
exercise/tadarruj/al-tadrib).
Untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, diperlukan langkah-langkah yang dianggap cocok. Misalnya saja
langkah yang dipilih adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan
disajikan baik berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi, atau yang
lainnya.
2. Penyajian dialog / bacaan pendek yang dibacakan oleh guru berulang kali,
sedangkan pelajar menyimaknya tanpa melihat pada teksnya.
3. Peniruan dan penghafalan dialog / bacaan pendek dengan teknik meniru
setiap kalimat secara serentak dan menghafalkannya. Di dalam pembelajaran
bahasa Arab teknik ini dikenal dengan teknik “peniruan-penghafalan”.
4. Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog / bacaan yang
dianggap sulit karena terdapat struktur atau ungkapan-ungkapan yang sulit. Hal ini bisa dikembangkan dengan drill.
Dengan teknik ini dilatih struktur dan kosa kata. Contohnya sebagai berikut:
Drill yang
mengganti satu unsur (al-tadrib al-namthi):
Guru : S1 أنا
تلميذ
Pelajar : R2
أنا تلميذ Guru :(memberi penguatan dan rangsangan baru):S2
صحيح,.....نحن.....!
Pelajar : R2 نحن تلاميذ
dan seterusnya.
Drill
Tanya jawab (tadrib al-su’al wa al-jawab):
Guru : S1 يكتب أحمد الدرس
في الفصل
Guru : S2
ماذا يعمل أحمد ؟
Pelajar : R1
يكتب الدرس
Guru : (memberi penguatan dan rangsangan baru):S3
صحيح,.... وأين يكتب
أحمد؟
Pelajar : R2
في الفصل
dan
seterusnya.
Drill
menyatukan kalimat (tadrib tamzij al-jumal):
Guru : S1
" إبراهيم لا يذهب إلى
المدرسة", "هو مريض"--- (لأن)
Pelajar : R1
إبراهيم لا يذهب إلى المدرسة
لأنه مريض
Guru : S2
"إبراهيم مريض",
"إبراهيم يقرآ الكتاب في بيته" --- (لكن)
Pelajar : R2 إبراهيم
مريض, لكنه يقرأ الكتاب في بيته
dan
lain-lain.
5. Dramatisasi dari dialog/bacaan yang sudah dilatikan di atas, pelajar
yang sudah hafal disuruh mempergunakannya di muka kelas.
6. Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat
yang sudah dilatikan.
7. Penutupan (jika diperlukan) misalnya dengan memberikan tugas untuk dikerjakan
dirumah. Dalam hal ini pelajar disuruh berlatih kembali dalam menggunakan
pola-pola yang sudah dipelajarinya di sekolah.
Simpulan
Behaviorisme adalah suatu
aliran ilmu jiwa (psikologi) yang menyatakan bahwa factor eketernal adalah
lebih dominan pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar peserta didik,
khususnya dalam pembelajaran bahasa. Pelopornya adalah ilmua dari rusia yaitu
Ivan Pavlov dengan teorinya stimulus respon, kemudian dikembangkan oleh tokoh
behaviorisme yang lain, seperti J.B Watson, Skinner, Edward L.Thorndike dan
lain-lain yang telah mawarnai pemikiran behaviorisme.
Adapun
Strukturalisme adalah suatu aliran ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji
bahasa sebagaimana adanya, dan mempelajarinya pada apa tampak. Seorang peneliti
tidak boleh mengubah karakteristik bahasa. Teori ini dipelopori oleh Ferdinand
de Saussure yang kemudian dikembangkan oleh Bloom Field dan lainya.
Kedua
Aliran ini (Behaviorisme dan Struturalisme) telah menjadi dasar bagi metode sam’iyah-syafawiyah
atau metode audio lingual dalam pembelajaran bahasa arab. dasar itu
adalah bahwa bahasa adalah ujaran, bukan tulisan, bahasa terbentuk dari
kebiasaan-kebiasaan, yang harus dipelajari adalah bahasa, bukan tentang bahasa,
bahasa bukan dibicarakan tetapi harus digunakan dan semua bahasa di dunia
memiliki perbedaan, serta urutan keterampilan berbahasa yang harus diajarkan
yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik.
Jakarta:Rineka Cipta.
Effendy, ahmad Fuad. 2004. Metodologi Pembelajaran
Bahasa Arab. Malang:Misykat.
Hamid, Abdul, dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa arab (Pendekatan,
Metode, Strategi, Materi dan Media). Malang:UIN Press.
Hasanah, Mamlu’atul. 2010. Proses
Manusia Berbahasa Perspektif Al-Qur’an dan Psikolinguistik. Malang:UIN Press.
Hermawan, Acep. 2011. Metodologi
Pembelajaran Bahasa arab. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Musni, Jailani. 2009. Psikolinguistik
Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:Humaniora.
The Best Slots | Casino Roll
BalasHapusThe best casinosites.one slots at Casino Roll. If gri-go.com you love table games, to play wooricasinos.info blackjack, you have to bet twice for 바카라 사이트 the dealer to win. The dealer must mens titanium wedding bands